Tanpa Pancasila, warga Indonesia tidak dapat menjalankan kehidupan berbangsa dengan baik. Sayang, saat ini, ancaman kepada Pancasila semakin nyata seperti jelas terlihat dalam berbagai aksi terorisme yang mengatasnamakan agama.
"Banyak orang sekarang yang membela Tuhan, tapi menistakan manusia," kata peneliti The Wahid Institute, Rumadi, dalam acara launching Gerakan Nasional Tangkal Terorisme dan Radikalisme Agama yang diselenggarakan PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Kampus UIN Jakarta, Rabu (1/6).
Menurut Rumadi, sila Ketuhanan yang Maha Esa sering dipahami dengan kurang tepat. Hanya karena kata 'Maha Esa', orang yang beragama sering jatuh pada absolutisme dan merasa benar sendiri.
"Perlu juga dikembangkan dan disebarkan nilai-nilai ketuhanan yang adil dan beradab. Karena sesungguhnya, dalam nilai-nilai ketuhanan tersebut, ada dimensi kemanusiaan yang sangat luas," kata Rumadi.
Rumadi menambahkan, akar radikalisme agama adalah pikiran-pikiran intoleransi. Tidak ada gerakan radikal tanpa intoleransi. Untuk mengikis dan menghilangkan radikalisme dan terorisme, intoleransi harus dijauhkan bahkan dimusnahkan.
"Gagasan-gagasan intoleransi, yang cenderung menganggap orang lain sebagai musuh, sebisa mungkin harus diminimalisasi," demikian Rumadi. [yan]
Sumber: www.wahidinstitute.org | Rabu, 15 Juni 2011 , 17:30:00 WIT